B. Daerah

Pertanyaan

unsur intrinsik wawacan Panji wulung

1 Jawaban

  • Kelas: XII
    Mata Pelajaran: Bahasa Sunda
    Materi: Wawacan
    Kata kunci: Panji Wulung

    Jawaban Pendek:

    Unsur intrinsik cerita Panji Wulung:
    1. Tema: kerajaan
    2. Penokohan: Panji Wulung (berbakti, jujur), Tunjungsari (setia, sabar), Prabu Dewakiswara (mudah marah dan diperdaya), Patih (setia, baik hati)
    3. Alur: maju
    4. Latar waktu: pada masa Hindu Buddha
    5. Latar tempat: Kerajaan Sokadana dan Kerajaan Cempa
    6. Amanat: janganlah mudah terpedaya dan terpancing sehingga marah, jadilah anak yang berbakti

    Jawaban panjang:

    Wawacan Panji Wulung adalah cerita tradisional Sunda dari Jawa Barat. Ceita ini bercerita tentang perjalana hidup seorang pangeran yang bernama Raden Panji Wulung.

    Panji Wulung ini asalnya adalah seorang anak dari Prabu Sewakiswara, seorang raja dari kerajaan Sokadana. Nama Sokadana sendiri diduga terinspirasi nama kerajaan Sukadana di Kalimantan.

    Ibu dari Panji Wulung bukanlah instri utama atau ratu dari Panji Wulung, melainkan hanya seorang selir yang bernama Ken Tunjungsari, yang merupakan putri dari kerajaan Blambangan, di wilayah yang sekarang masuk wilayah Banyuwangi, Jawa Timur.

    Saat Tunjungsari hamil dengan Panji Wulung,  istri lain dari Prabu Dewakiswara iri hati kepadanya, dan membujuk Prabu Dewakiswara bahwa Panji Wulung bukanlah anaknya melainkan hasil perselingkuhan.

    Karena marah Prabu Dewakiswara berusaha membunuh Tunjungsarui. Namun berkat pertolongan sang latih kerajaan Sokadana, Tunjungsari dan bayi dikandunganya selamat. Bayi ini kemudian lahir sebagai Panji Wulung

    Sang Parih kemudian mendidik Panji Wulung hingga dewasa. Setelah dewasa, Panji Wulung berkelana dan akhirnya menjadi raja di kerajaan Cempa (terinspirasi kerajaan Champa di Indochina), setelah menikahi puteri kerajaan itu. Dan akhirnya, Panji Wulung bertemu dengan ayahnya (Prabu Dewakiswara).

    Kisah Panji Wulung ini ditulis oleh R.H. Moehamad Moesa, Penghulu
    Kabupaten Garut pada zaman penjajahan Hindia Belanda dan siterbitkan oleh penerbit Mangkoenagara pada tahun 1931. Cerita ini sangat terkenal di kalangan suku Sunda.

Pertanyaan Lainnya